Pengen, tapii...

Gerah banget siang ini, panasss, alhamdulillah jemuranku keriing sudahh! Liburan, tapi tak ada agenda, lebih tepatnya ngga ada budget untuk pergi-pergi, apalagi piknik!! So, setelah beres-beres, seperti biasa stand by di depan jaga warung di temani buku bacaan en lapy ku tersayang, cukuup laah! Barusan ada yang beli Rokok tuh , Beli rokok yang murah pintanya (Ngga’ tau yang nyuruh siapa). Namanya Endro! Tetangga desa sebelah yang sudah lumayan akrab. Bocah yang putus sekolah kemarin, baru juga masuk kelas 1 SMP. Tadi iseng saya nanya, “Kelas berapa sekarang ndro?” “Mbuh mbak, aku bisa nerusin sekolah apa nggak ni! Jawabnya, sambil menatap kosong jalan depan rumah. “Loh, kenapa?? “Gak ada yang membiayai mbak.” Jawabnya singkat. Saya mau bertanya lebih lagi, tapi demi melihatnya saya urungkan. Orang-orang sini tau, Endro anak yang cerdas, SD selalu mendapat juara. Meskipun terlihat agak urakan, tapi dia anak yang baik. Ia berada di tengah keluarga yang kurang mampu, apalagi semenjak ibunya meninggal beberapa bulan kemarin, semakin kelihatan tak terurus saja ini anak. Entah, bagaimana nasib ke depannya. Nenek yang menggantikan ibu nya pun juga telah tiada sekarang. Ayah yang seharusnya bertanggung jawab atas pendidikannya pun, pergi entah kemana. Di sekitar saya memang banyak anak-anak yang putus sekolah, atau bahkan memutuskan sendiri untuk sekolah, dengan alasan “Malas”, tapi toh akhirnya hanya akan lari ke minuman keras, judi, dan nongkrong-nongkrong. Tapi untuk anak yang memang berniat sekolah, seperti Endro misal, dia pinter, tapi terhambat cita-citanya karena biaya, sangat amat disayangkan. Tadi juga saya tanya, “Emang ngga ada bantuan atau beasiswa gitu po?”. “Ada mbak, tapi Cuma dapet 200ribu, nggak cukup buat bayar uang gedung dan SPP. Saya jawab, “Kamu bilang aja sama guru atau kepala sekolahmu, kowe kan pinter to lhe, paling nggak kamu harus SMP”. “Susah ngurusnya, Kayane emang aku harus putus sekolah di kelas 1 SMP mbak!”Jawabnya. Hufthh.

Itu hanya satu dari banyak kasus. Saya punya tetangga, 2 kakak-adik. Sebut saja namanya Dian dan Indah. Si kakak kelas 3 SMA, sedang Indah kelas 1 SMA. Saya menyebutnya 2 mujahid kecil. Hehe! 2 akhwat berjilbab lebar, yang ngurusin TPA di desa saya, adalah murid kesayangan guru-guru, dari SD sampai SMA. Lihat saja, lemari di atas rumahnya, berjejer piala-piala perlombaan 2 gadis santun ini (beneran ngiri saya ngelihatnya) . Dari SD saja mereka lomba sampai Semarang sana,disusul lomba-lomba yang lain, Kereen deh! Mereka juga di besarkan sama seperti saya, di keluarga menengah ke bawah, maklumlah, berapa kira-kira penghasilan petani gurem seperti di desa saya? Saya sanggatt tau, mereka pastii ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Dan saya pikir, sangatlah disayangkan kalo nggak di kuliah kan, mengingat betapa cerdasnya dan semangatnya mereka. Namun, lagi –lagi terhalang oleh ”biaya”. Ibunya sering bertanya pada saya, ”Gimana mbak fi, Dian sama Indah ngotot mau kuliah, ki piye?”, ”Insya Allah beasiswa disana nanti banyak bulek, mereka kan pinter semuanya, eman-eman kalo nggak di teruskan” jawab saya. Dan kemarin alhamdulillah, saya nggak tau darimana, Dian sudah mendapatkan beasiswa untuk kuliah nanti. Memang ia pantas mendapatkannya. Jadi ingat, dulu saya juga bilang sama orang tua, pokoknya aku mau kuliah, ”Jual sawah atau kebon pak kalo ngga ada duit,” kata saya waktu itu. Hehe!

Pemerintah harusnya lebih memperhatikan soal yang beginian ni. Kemana pula alokasi 20 % anggaran buat pendidikan yang udah di gembar-gemborkan itu??

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

1 komentar:

Fajar nugroho mengatakan...

Jangan lah kamu pikir hidup ini sukses dengan kuliah. Hidup ini akan suskses hanya dengan kesungguhan lho Fi...

Nggak sekolah juga bisa sukses. ingat, dengan kesungguhan. barapa banyak teman kuliahmu yang enak-enakan dan nggak sungguh-sungguh. jangan paksakan pemerintah untuk menambah anggaran.

Nambah. Jangan jual tanah untuk sekolah, modal usaha, keondaraan de el el. karena tanah adalah aset yang paling berharga daripada perkuliahan. kalo jual tanah, harus dibelikan tanah lagi. :)