Mbak, aku cemburu!!

Hari ini menjalani rutinitas seperti biasanya. Selesai kuliah jam 3, sholat ashar di musholla, kemudian meluncur ke tempat les-lesan, yang sudah hampir 2 bulan ini menjadi tempatku mengajar anak-anak. Ruang kecil inilah yang mengajariku banyak hal. Tawa, canda, jeritan, dan celotehan mewarnai hariku bersama mereka. Yah, aku menjadi tentor di tempat les-lesan kepunyaan guru SMA ku. Kebetulan aku megang kelas anak-anak SD disini. Bisa di bayangin lah, seperti apa tingkah anak-anak SD kelas 3,4 dan 5. Byuuuhh,, bandel-bandel bangeet!

***

Bener-bener nglatih kesabaran deh disini. Tapi aku juga seneng, karena di kelilingi anak-anak kecil yang lucu dan polos :D . Sore ini, rupanya aku sudah di tunggu anak-anak. Mereka duduk manis di kursi masing-masing, sembari cerita-cerita sama temannya. “Assalamualaikum,maaf sayang, mbak efi telat!” ucapku sambil tersenyum. Setelah menjawab salam ku, langsung deh tanpa di minta, berceloteh kesana-kemari, cerita tentang apa yang di alami sehari ini. “Eh mbak, tadi Niko di kelas di hukum loh sama Pak Guru. “Eh mbak fi, tadi matematikaku dapet 2,5 toh.”Mbak efi, tadi malem aku denger suara bayi nangis di kebon, aku takut mbak! Wallaahhh!! Itulah celotehan mereka, iya, anak kecil begitu jujurnya, mungkin beda ya dengan kita. Heheh!

***

Setelah habis stok ceritanya, seperti biasa aku tanya satu-satu, “Ada PR apa de’?”. Udah deh, habis itu, pada rame lagi, “pokoke aku duluan loh mbak yang di bantuin.” Lha kalo semua minta gitu, mbak fi di belah jadi berapa nih? Fiuuhhh, sabar…sabar. Tiba-tiba pintu ruangku di ketuk. Oh, aku di panggil sama ibu (yg empunya tempat ni). Ternyata ada murid tambahan lagi. Kemarin nambah dua, ini nambah lagi. Hmm, kuat nggak ya? Nggak kebayang, ramenya kaya apa nanti. Bismillah! Aku melanjutkan membantu ngerjain PR atau materi yg belum paham. Tiba-tiba, tak ada angin, tak ada petir, anak-anak pada nangis. Awalnya Cuma 2 orang, tapi yang lain pada ikut-ikutan. Cewek semua pula. Astagfirullah, ya Rabb, aku salah apa lagi ni. Perasaan aku tadi nggak marah, nggak bentak, tapi kenapa jadi lomba nangis gini? Beneran, bingung buangets. Aku coba tenangin mereka satu persatu, aku belai rambutnya, “Kenapa Sayang, kok nangis?”, Mbak efi salah ya? Mbak efi galak ya? Bilang aja nggak apa-apa, Tapi nangisnya udahan ya. Namun tangis mereka malah tambah gedhe, waduuh. Hufthh, g mempan cara kayak gini. Sejenak aku diam, ni anak pada kenapa yaa, perasaan bersalah menyerangku, tapi rasanya aku nggak nglakuin apapun yg buat mereka nangis masal kek gini. “Ok, kalau nggak mau ngomong, tolong ya, tulis apa yang kalian rasakan di bukunya mbak fi”. Alhamdulillah akhirnya mereka mau nulis, malah buku baruku yang imut itu jadi rebutan:) . Biarlah, yg penting mereka mau mengeluarkan keluhannya, daripada aku yg bingung sendiri. “Ni mbak, udah, dibaca sekarang,” kata mereka.

***

Hufth,,aku mulai membaca tulisan anak-anak yang “rapi sekali”, beberapa detik kemudian, aku tertawa di dalam hati. Ampyuuun dah ni anak yaa! “Kalo kayak gini terus, mending aku pindah les aja deh mbak. Aku tu sebel bgt mbak, kalo muridnya tambah terus. Apalagi yang cewek juga kemayu, huh. Kalo nanti tambah murid, pasti perhatian dan kasih sayang mbak efi ke kita juga terbagi dan di kurangi, gk kayak dulu lagi. KITA TUU CEMBURUU MBAKKK! Pokoknya kita bakal cemburu terus kalo ada murid baru lagi, apalagi kalo mbak deket-deket sama anak baru itu, sebel tauk! Kita tu cemburu, ngerti nggak seeeh. Mbak efi itu yo harus sama kita terus. Selesai.” Yuph, itulah unek-enek mereka yang sampai di bawa dalam tangisan. Heran aku, sebisanya aku berusaha membagi rata perhatianku, tapi namanya anak-anak ya….hmmm….Pelan aku jelasin sama mereka, kalo aku tu sayaang sama mereka semua, semua dapat perhatian yg sama, nggak ada yg di beda-bedain…bla…bla. Alhamdulillah, tenang semua dan bisa di terima penjelasanku. Emang si ada beberapa yg pencemburu berat, kalo aku ngajarin yg lain, pasti ngambek mulu. Bikin gemees ajah. Jadi ingat waktu mbak ku melahirkan anak keduanya, putri, sang kakak mendadak menjadi gampang marah, uring-uringan, ternyata dia cemburu kalau perhatian ayah dan ibunya terkurangi, lantaran ada adek baru di rumahnya.

***

Bagaimanapun juga, aku menikmati suasana bersama mereka. Saat jenuh, melihat celoteh dan tawa anak-anak, jadi terhibuuur. Apalagi kalau lagi maen tebak-tebak an, wuiiih, seruuu bgt ;D.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Rani kecil ku

Pagi ini cerah, seperti pagi-pagi yang kemarin. Langit pagiku bersih, burung-burung berkicau riang, terbang dari satu dahan ke dahan yg lain. Mentari pun tersenyum menyapa ramah dengan sinarnya. Kuliah pagi, membuatku seperti mengejar waktu. Lagi sibuk-sibuknya dandan (baca ; benerin jilbab) di kamar, ada panggilan yang tak asing lagi di telingaku. “Mbak efiiiiiiiii!’’. Ahayyy, itu pasti Rani kecilku, pikirku. “Budhe, mbak efi dimana?”. Itu tanya Rani pada Ibuku yang lagi di warung. “Mbak fi lagi siap-siap mau kuliah Rani”! jawab beliau.

***

Rani adalah gadis kecil yang manis, lucu, dan pinter. Di usia sekitar 3 tahunan, dia sangat lincah dan mungkin hiperaktif di bandingkan dengan teman sebayanya. Rani tinggal bersama Kakek dan neneknya yang tak jauh dari rumahku. Ibunya merantau ke negeri seberang saat Rani masih baby. Setiap pagi, Rani kecil beli Brownies atau jajan di warungku. Ni anak sarapannya kue, nggak mau mam nasi. Terkadang Rani nggak mau pulang, maunya maen sama aku. Hehe!Hmm, Rani begitu periang, pinter dan pemberani. Setiap ada orang pasti disapanya, khas anak kecil. Aku dekat dengan gadis kecil ini,seperti keponakanku rasanya. Tiap pagi, selalu ku cubit pipinya, nggemesin sih! Aku gendong, trus bercengkerama sembari tak gelitik perutnya. Tak mendengar panggilan khasnya sehari pun, serasa ada yang kurang. Ahh…Rani kecilku. Meski terkadang bandelmu buat eyang kakungmu marah, tapi kau tetep jadi gadis kecilku yang manis. Keceriaanya, senyum dan celotoh khas anak kecil nya, membuat banyak orang sayang sama Rani.

***

Orang tua mana yang tak bahagia mempunyai anak yang manis, lincah dan pinter? Pastilah setiap orang tua mendambakan buah hati yang demikian. Akan di timang-timang, di gendong, dibelai mesra dan di ninabobokan si kecil oleh sang bunda. Tapi sayang, mungkin itu tidak berlaku bagi Rani, Gadis Kecilku! Kakek dan nenek nya yang seolah merangkap menjadi orang tua bagi nya. Tak seperti anak kecil lainnya, pergi ke sekolah di antar ibu, mandi sama ibu, makan di suapin ibu, maen dan bercanda dengan bunda tercinta, baju – baju yang lucu yang memilihkanpun adalah sang bunda. Tapi Rani?

***

Sepulang cari uang dari negeri tetangga ibu nya tak mau menemui Rani, bahkan sampai saat ini. Padahal saat di tinggal, Rani masih baby, belum tau apa-apa. Tidak Rindukah seorang ibu yang sudah sekian tahun tak melihat dan membelai lembut buah hatinya? Tidak Inginkah seorang ibu mendekap dan mencium putri kecilnya yang licah dan penuh ceria ini?. Kasian Rani. Ya, Rani memang masih terlalu kecil untuk mengerti semua. Tapi Rani juga berhak mendapatkan curahan kasih, dekapan hangat, dan belaian lembut dari sang ibu. Yang tak pernah ia dapatkan, seperti kebanyakan anak kecil lainnya. Dalam harap di pagi yang bersahaja ini, Semoga Keceriaan selalu bersamamu, Rani ku Sayang!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Oktober Kedua

Langit oktoberQ tertutup awan,

Kerap menggantung menutup kerlipan jutaan bintang

Sinar merah bintangkupun semakin kabur q lihat

Namun, tak pernah jemu aku sisakan waktu malam,

Tuk sekedar menyapa…

Menikmati deru angin malam,

Menatap angkasa yang membentang luas,

Tak seperti lingkar pikirku yang begitu terbatas..

Hufthh….

Berharap ada bintang yg mengkerling di langit sana

Tapi percuma, dalam pandangku, hanya gantungan

Awan hitam….berarakan

***

Begitu rindu, ketika bintang-bintang bertaburan

Yang menjadi obat ketika lelah dan penat menghampiri

Yang mengajak q tersenyum dalam gundah membuncah

Yang membakar semangat kala azzam melemah

Atau sekedar ingin menyapa kilau indahnya…

***

Hmm, tapi tetap saja, hanya mendung menggantung

Yang menyapa malamku kini

Biarlah hanya di langitku saja, disini….

Semoga, dalam belahan bumi yang lain,

Ada yang masih menatap kerlip indah di sana….

Dalam titik tanpa koma

Di langit oktober minggu kedua

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments