My Wedding

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Karena Keindahan Tak Hanya Itu

(…) “Zan, ingat umurmu nak. Sudah 27 tahun lho, apa nggak pengin nikah?

Banyak anak gadis teman ibuk yang baik-baik lho. Itu si Kinasih, anaknya baik lho, Zan. Nggak banyak tingkah, rajin ngajinya, anaknya sregep dan insyaAllah sholihah. Kalau mau nanti ibuk tembungke. Piye lhe?

“ Ahh ibuk, Jangan Kinasih tho, kurang tinggi buk. Pasti ntar kalau tua, gemuk kayak ibunya. Haduuhh! Yang lain ada buk?

***

(…) “ Nahh…gitu lho Wan, milih calon istri tu yang kayak Nining ituu, anaknya cantik, tinggi dan modis.”

“ Iya bu’e, Wawan suka dan memilih Nining karena dia cantik, cara berpakaiannya modis nggak ketinggalan jaman. Nggak malu-maluin kalo di ajak pergi.

***

Saya tersenyum tipis mendengar perbincangan itu. Seketika itu pikiran saya rasanya terbang kemana-mana. Hmm, tak hanya sekali itu mendengar perbincangan dengan ‘content’ yang sama. Ada rasa halus yang menelisik di hati ini, sebagai seorang perempuan, ketika mendengar percakapan seperti tadi. Saya rasa, sebagian besar lelaki tau dan paham akan sebuah Hadist yang sangat popular tentang menentukan criteria wanita yang akan dinikahi, salah satunya adalah; “Dari Abdullah bin Amr r.a, Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu menikahi seorang wanita karena kecantikannya, mgkn saja kecantikan itu membuatmu hina. Janganlah kamu menikahi seorang wanita krn hartanya, mgkn saja harta itu membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah seorang wanita krn agamanya. Sebab, Seorang budak wanita shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama.” (HR Ibnu Majah). Masih adakah ragu apa yang disampaikan oleh Rasululah?

Ya, siapa sih lelaki yang tidak ingin beristrikan wanita yang cantik, shalihah lagi. Pasti semua mendamba hal yang demikian. Tapi Cantik bukanlah nomor satu yang dijadikan dasar untuk memilih. Saya bisa menuliskan ini, karena melihat realita yang ada di sekitar saya. Ketika ada seorang ibu, yang menyarankan anak lelakinya untuk mencari gadis yang cantik, proporsional untuk menjadi pasangan hidup. Bukannya saya mengatakan yang cantik, ayu rupawan tidak shalihah atau beragama dengan baik, bukan itu. Tapi kenapa, hanya melihat secara kasat mata saja, hanya terbatas pada fisikly semata?? Ohh, dengan alasan begini; ‘Cari istri tu yang cantik, tinggi, putih,,,biar keturunan (kalo punya anak-red), juga seperti bibitnya’. Ohyaaa?? Bukankah terciptanya seorang anak manusia itu atas kerjanya tangan Allah? Bukankah semua adalah kuasa Allah semata, yang memberi sebaik-baik bentuk dan penciptaan?. Nggak sedikit, seorang anak yang rupawan terlahir dari –maaf- yang kedua orang tuanya mempunyai wajah yang sangat biasa. Dan ada juga pasangan yang sangat cantik dan seorang yang tampan, tapi anaknya berkulit gelap, hidungnya nggak mancung dan tidak rupawan seperti kedua orang tuanya.

***

Ketika ada seorang lelaki diberi ‘tawaran’ untuk menikahi seorang gadis yang menurut saya baik, pendiam, menjaga hijab dg benar, shalihah insyaAllah…tapii..-maaf- dia memang tak terlalu rupawan dan agak gemuk, si lelaki spontan menjawab; “ Ihh..nggak mauu, orang gendut kayak gitu, apalagi nanti kalau udah punya anak?? Nggak lah, jangan yang itu!”. Deggg, rasanya saya bener-bener nggak terima. (Karena saya pun juga nggak cantik2 bgt, gemuk lagi :p). Ya Allah, mengapa para wanita yang baik, meskipun secara fisik tak terlalu menarik, terlebih lagi sudah ada niat dan keinginan untuk menikah, tak kunjung ada lelaki yang meminangnya?? Hanya karena alasan-alasan yang seperti di atas tadi. Sampai sekarang masih berkecamuk di alam pikiran saya. Ahh, tapi Ayat Allah di QS An-Nur:26 sudah terang untuk menjelaskan. Tak ada keraguan di dalamnya :). Semoga segera dipertemukan dengan lelaki shalih pilihan Allah, kawan. Ishbir yaa Ukhtii..

Dalam ‘memilih’ pun, peran orang tua juga penting. Ada banyak hal yang perlu dibicarakan. Janganlah menyarankan, karena cantiknya saja ya. Umm, mungkin dengan mempunyai pasangan/istri yang cantik, MaTiPu (Mancung, Tinggi, Putih), akan menjamin bahtera rumah tangga akan tenang dan awet?? Belum tentu tuh. Mau bukti?? Lha itu nyatanya banyak artis kawin/cerai, atau selingkuh dengan wanita yang tidak lebih cantik dari istrinya. Ya kita taulah, hamper semua artis cantik, mancung, tinggi, putih dan seksi :p. Jadi, besok yang menjadikan pandangan seorang suami sejuk saat memandang sang istri tak hanya melulu itu (memang saya akui, ‘cantik’ itu penting, apalagi dihadapan suami sendiri), tapi ada yang lebih lagi yaitu karena kesabaran, ketawadhukan, qanaah yang ada dalam dirnyai, akan memancarkan sebuah keteduhan dan cahaya di wajahnya (Asli, saya baru bisa teori aja, baca-baca dari buku, make a wish; semoga kelak saya bisa menjadi istri yang spt itu, penyejuk mata, hati dan jiwa). Hingga Ali bin Abi Thalib selalu berkata kepada istri tercintanya, Fatimah ra; ‘Ketika ku memandangmu, hilanglah semua dukaku’. Fatimah, putri tercinta Rasulullah yang hidup penuh kezuhudan, kesederhanaan, Qanaah, dan kesabaran.

Nggak ada maksud lain dari tulisan ini, selain ingin menumpahkan apa yang ada dalam benak saya, karena terlalu mengendap tanpa menumpahkan dalam tulisan, ternyata rasanya ndak enaakk ;p. Semoga dengan menulis ini, saya menjadi semakin tercambuk untuk menjadikan diri (yang sebenarnya masih sangat jauhh untuk dikatakan baik) ini lebih baik lagi,. Untuk para pembaca (dan saya tentunya) ; Semoga Mendapatkan Jodoh yang –Mensyurgakan- yaaa. Amiin

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Sedikit "Pelajaran" ketika mengantar si kecil

Sudah beberapa hari ini saya ditugaskan mbak saya mengantarkan sekaligus menemani koponakan saya sekolah PAUD. Si kecil nggak mau sekulah kalau nggak ditemenin, ya sudah akhirnya saya mau menungguinya sampai sekulah selesai. Hitung-hitung cari hiburan karena di rumah sepi (dan siapa tau dapat bekal buat mendidik si jagoan kecil kelak). Kalau di PAUD kan banyak anak-anak kecil, rame, seru, dan gaduh sekali berebut mainan bola plastic. Memang dari sononya kali, saya demen banget sama balita, lucu, gemesin dan polos. Mungkin karena masih ‘pure’ kali ya? Nggak kebanyakan dosa kayak kita-kita ini (Eh, saya aja ding). Seumuran saya, kayaknya gag ada deh wajah-wajah polos dan gemesin….sudah banyak terkontaminasi mungkin yaaa :D. Hari pertama saya nganterin si kecil sekolah, saya Cuma ikut duduk dan memperhatikan bu guru yang ngajar dan tingkahnya anak-anak. Umm…hari itu saya simpulkan; Bagus juga PAUD ini, metode pengajarannya mirip dengan system di Rumah Qurani Bandung. Anak-anak di ajari hafalan hadist-hadist singkat tentang kebaikan, sedekah dan menahan marah. Kemudian Muraja’ah, hafalan surat pendek dan huruf hijaiyah. Sempet malu juga, bahasa arab saya noool besaaarr, buah-buahan saja yang hapal Cuma satuu; babaya ;p.

Namun di hari berikutnya ada sedikit yang mengganjal di benak saya. Anak Balita, adalah masa dimana anak-anak ‘bermain’. Memang di sekitar usia sampai 4 tahun yang disebut dengan periode emas si kecil, sehingga para orang tua mulai mengajarkan berbagai hal pada si kecil, termasuk; calistung (baca, tulis, hitung). Nah, ditempat keponakan saya sekolah, ternyata juga sudah diajari, menulis dan membaca. Namun, sama sekali tidak mengajari anak-anak untuk bernyanyii. Waaaw, bisa dibayangkan, betapa jemu dan jenuhnya mereka. Dan ketika mau pulang, bu guru pun memberinya PR. Wah, wah, saya agak tersentak juga, karena sebelumnya saya rajin membaca metode parenting, PAUD dan artikel dari para pakar. Menurut mbak Dina Y Sulaeman (penulis buku Doctor Cilik); Di Jerman, mengajarkan membaca ke anak di bawah 6 thn dianggap sebagai bentuk kekerasan kepada anak. Seorang teman yang psikolog juga bilang demikian. Dan banyak sumber lainnya. Tapi, melihat sebagian anak-anak yang antusias pada huruf dan angka, bagaimana yaaa?? Mungkin ada metode yang menyenangkan??hmm

Di PAUD yang lain, kebetulan di kampung saya tercinta, memang metodenya tidak berbasis islami(ex; diajarin hafalan hadist,menulis dan membaca iqra), tapi disini anak-anak lebih ‘terlihat’ riang-gembira, karena lebih banyak diajarin menyanyi ramai-ramai, tepuk anak sholeh dan tepuk yang lain, tebakan warna, bermain membuat bangunan dari lego dan memang sama sekali tidak di ajari calistung dan hafalan. Nek menurut saya pribadi, memang benar apa yang di katakan oleh Pak Sudjarwo, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Kemendiknas (Republika, 18 Juli 2010), bahwa; ” Anak usia di bawah lima tahun (balita) sebaiknya tak buru-buru diajarkan baca tulis dan hitung (calistung). Jika dipaksa calistung si anak akan terkena 'Mental Hectic'. Penyakit itu akan merasuki anak tersebut di saat kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu jangan bangga bagi Anda atau siapa saja yang memiliki anak usia dua atau tiga tahun sudah bisa membaca dan menulis. Oleh karena itu, kata beliau, pengajaran PAUD akan dikembalikan pada 'khittah' (asal)-nya. Kemendiknas mendorong orang tua untuk menjadi konsumen cerdas, terutama dengan memilih sekolah PAUD yang tidak mengajarkan calistung. Saat ini banyak orang tua yang terjebak saat memilih sekolah PAUD. Orangtua menganggap sekolah PAUD yang biayanya mahal, fasilitas mewah, dan mengajarkan calistung merupakan sekolah yang baik. ''Padahal tidak begitu, apalagi orang tua memilih sekolah PAUD yang bisa mengajarkan calistung, itu keliru.”

Sekolah PAUD yang bagus justru sekolah yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dengan beban akademik (memberikan PR misal), termasuk calistung. Dampak memberikan pelajaran calistung pada anak PAUD, menurut Sudjarwo, akan berbahaya bagi anak itu sendiri. ''Bahaya untuk konsumen pendidikan, yaitu anak, terutama dari sisi mental,'' cetus beliau. Memberikan pelajaran calistung pada anak, dapat menghambat pertumbuhan kecerdasan mental. ''Jadi tidak main-main itu, ada namanya 'mental hectic', anak bisa menjadi pemberontak.'' . Kesalahan ini sering dilakukan oleh orang tua, yang seringkali bangga jika lulus TK anaknya sudah dapat calistung. Untuk itu, Sudjarwo mengatakan, Kemendiknas sedang gencar mensosialisasikan agar PAUD kembali pada fitrahnya. Sedangkan produk payung hukumnya sudah ada, yakni SK Mendiknas No 58/2009. ''SK nya sudah keluar, jadi jangan sembarangan memberikan pelajaran calistung,'' jelasnya.

Sejenak saya membandingkan dua PAUD yang telah saya lihat; di tempat keponakn saya belajar dan di kampung saya sendiri (beberapa kali ikut maen sama balita disini). Mencolok sekali perbedaannya kan. Yang satu sejak dini diajari beberapa hadits, membaca tulisan arab, menulis angka dan berhitung tetapi tanpa memberi ruang bagi anak-anak untuk sekedar bernyanyi dan tepuk tangan bebarengan , di satu sisi yang laen benar-benar memberi ruang dan hak bagi anak-anak untuk ’bermain’ (dan belajar dg mengexplore sendiri apa yang ditemui) meski tanpa di ajari baca qur’an atau hafalan hadits. Lekat saya menatap keponakan kecil saya, dia paling pemalu di kelas, tidak secerewet teman-temannya, dan memang tidak terlalu pintar. Dia mulai tumbuh ’keberaniannya’ , bisa bersosialisasi dengan teman-temannya dan lebih bisa berceloteh riang di kelas, itu sudah merupakan peningkatan besar buat saya (tentu untuk ibunya juga). Sederhana saja kan, namanya juga Play Group, kelompok bermain, harusnya tidak ada beban akademis untuk mereka. Hmm, lingkar fikir saya masih terlalu sempit, masih perlu belajar banyaaakk. Mungkin dengan banyak sharing dengan senior, membaca artikel, banyak baca buku akan menambah pengetahuan saya. So, yuuuk temans, nggak ada salahnya kok kita belajar parenting dari sekarang. Jangan karena kita masih kuliah, belum nikah lantas cuek aja dengan hal yang beginian.:)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Sahabat Maya

Memiliki banyak sahabat menjadi kebahagiaan tersendiri, ada banyak tawa canda yang menghiasi hari, ada tempat berbagi bahagia yang meletup didada kita, ada bahu dan peluk erat disaat air mata menyesakkan tangis. Genggaman erat yang menguatkan, senyum yang tulus untuk meyakinkan tegarnya hati, sangat berarti banget buat saya. Entah, apa jadinya kalau saya nggak punya sahabat-sahabat yang setia, yang menguatkan, yang tulus untuk di ajak berbagi dan menasehati. Thanks Rabb….Tapi bagaimana dengan sahabat di dunia maya?? Sebelumnya nggak pernah terfikir Allah akan mempertemukanku dengan orang-orang yang kini menjadi kakak, menjadi saudara, meskipun sekalipun belum pernah bertemu di dunia nyata.

Berawal dari Friendster kala itu, awal-awal masuk kuliah. Berselancar di dunia maya ternyata menyenagkan ya. Entah siapa dulu yang memulai waktu itu. Teh Fifin (panggilan sayang), seorang ibu dengan seorang balita yang lucu menjadi sahabat saya.Beliau tinggal di Pekanbaru, asli Lampung. Enjoy aja tuu temenan sama ibuk-ibuk, The Fifin masih berumur 23 an waktu itu. Lambat laun kami berdua mulai akrab, seperti layaknya saudara sendiri. Teteh banyak cerita tentang keluarganya, Aa’ (suaminya, ketemunya juga di dunia maya lhoo, kata teteh berawal dari chat MiRc, haha, Bandung-Lampung; Kalo Jodoh semua jadi mudaah)) dan Dek Ziya. Aku juga banyak curhat ke teteh, dan teteh selalu setia mendengarkan, menasehati dan selalu menyemangatiku. Pengin sekali kopdar, tapiii mengingat jarak antar pulau sepertinya sulit untuk dijangkau :(. Harapan itu masih tersimpan dihati kami, semoga Allah memberi kesempatan kita untuk bertemu di dunia nyata. Di tengah kesibukannya menjadi seorang ibu, seorang istri….selalu ada waktu untuk ber sms menanyakan kabarku dan keluargaku. Di milad yang ke 20 kemarin pun, Teteh sempatkan menelpon sekedar memberi doa dan nasehat. Bahagia sekali rasanya. Beberapa hari yang lalu, ada sms masuk dari beliau; katanya perutnya sudah mulas-mulas dan sepertinya sebentar lagi melahirkan jagoan kecil keduanya. Duh teteh, masih sempat ngabarin di tengah menikmati rasa sakit itu. Hanya doa tentunya yang bisa dikirimkan dari sini. Alhamdulillah, paginya ada sms masuk dari teteh; Syukur alhamdulillah telah melahirkan dg normal, bidadari kecil dengan berat 3,5 dan panjang 50 cm. Duuh ikut lega ni hati, bahagia sampai menitikkan airmata. Meski 3 tahun kita kenal belum pernah saling menatap mata, tapi ukhuwah ini terasa begitu lekat, Subhanallah. Untuk Teh Fifin, kita mohon sama Allah ya teh, semoga Allah memberi kita kesempatan untuk bersua di dunia nyata. Amiinnn.

Yang kedua inipun juga berawal dari FS kala itu, sekitar 2,5 tahun yang lalu. Masih ingat waktu itu, ada seseorang yang menyapa di PM FS, katanya ingin kenalan denganku, udah pengen kenalan dari dulu tapi katanya maluuuu. Namanya mbak Indry. Beliau terpaut 10 tahun usianya lebih tua dari saya, tapi asyik banget tuu temenan sama beliau. Mbak Indry kerja di Hongkong, asli dari Kota Apel, Malang. Beliau cerita, belum lama mengenakan jilbab. Dari cerita-cerita yang mengalir, ternyata tunangan mbak indry satu jama’ah pengajian dengan saya. Wah, subhanallah…dunia memang sempit. Kaget nya lagi, ternyata ketemunya sama mas ary (tunangannya) itu, juga dari dunia maya lhooo. Ck,ck. Persis jalan cerita sama Teh Fifin dg A’Firman. Hampir setiap hari inbox-inbox an sama mbak indry di FS dan FB. Kalo sms agak mahal ke Luar Negeri. Tapi nggak jarang juga mbak nyempetin waktu di sela sibuknya kerja buat nelfon aku, sekedar Tanya kabar, cerita, curhat dan ngebanyol. Mbak Indry juga pernah ngirimin aku boneka dari Hongkong sana, sebelumnya Tanya aku mau hadiah apa? Mmm, aku putuskan minta bonekaaa. Indah sekali ukhuwah ini, mbak sudah aku anggap sebagai saudara sendiri. Pun seperti Teh Fifin, ingin sekali bersua, rindu menggebu untuk menjabat tangan di dunia nyata. Syukur Alhamdulillah, harapan kami terwujud. Pertengahan puasa mbak indry pulang ke tanah air, Malang. Akhir puasa kemarin, kami bersua di dunia yang tak lagi maya. Kebetulan suaminya mbak, rumahnya tak begitu jauh dari sini. Hingga akhirnya mbak dan suaminya memutuskan silaturahim ke rumah ( setelah muter2 dan mencari rumahku sampai ban bocor, akhirnya aaaa) Aku menemuinya di sekitar rumah, katanya ban bocor dan berhenti di tambal ban deket sini. Seakan tak percaya, aku langsung memeluknya erat, terharu campur bahagiaaa. Adzan berkumandang, kita buka bersama di rumah, aku kenalkan mbak indry ke orangtuaku, mas dan mbakku. Baru sekali itu bertemu, tapi sudah sangat akrab dg keluargaku. Hmmm, tambah seneng lagi aku dibawain setumpuk oleh-oleh dari Hk. Luv u sist, semoga ukhuwah kita terajut indah sampai kapanpun dan mendapat limpahan Ridho dari-Nya. Amiinn

So, siapa bilang nggak ada manfaat bersahabat di dunia maya? Tinggal kitanya aja kudu pinter milih mana yang baik dijadikan teman atau tidak. Baiknya untuk cewe’ kalo mau nyari sahabat di dunia maya, ya nyari yang cewe juga atuh, insyaAllah lebih aman. Biasanya nih, kalau punya sahabat cowo’ di dunia maya, ujung-ujungnya di ajak Ta’arufan lho nantiii :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Sebuah Cinta Abadi yang pernah ada di Bumi..

Sebuah kisah Cinta Sejati, Kisah nyata yg pernah terjadi di Bumi ini…

Sekian ratus tahun yang lalu… Di malam yang sunyi, di dalam rumah sederhana yang tidak seberapa luasnya… seorang istri tengah menunggu kepulangan suaminya. Tak biasanya sang suami pulang larut malam. Sang istri bingung…. hari sudah larut dan ia sudah sangat kelelahan dan mengantuk. Namun, tak terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk segera tidur dan terlelap di tempat tidur suaminya. Dengan setia ia ingin tetap menunggu… namun, rasa ngantuk semakin menjadi-jadi dan Sang suami tercinta belum juga datang. Tak berapa lama kemudian…. seorang laki-laki yang sangat berwibawa lagi luhur budinya tiba di rumahnya yang sederhana. Laki-laki ini adalah suami dari sang istri tersebut. Malam ini beliau pulang lebih lambat dari biasanya, kelelahan dan penat sangat terasa. Namun, ketika akan mengetuk pintu… terpikir olehnya Sang istri yang tengah terlelap tidur…. ah, sungguh ia tak ingin membangunkannya. Tanpa pikir panjang, ia tak jadi mengetuk pintu dan seketika itu juga menggelar sorbannya di depan pintu dan berbaring diatasnya. Dengan kelembutan hati yang tak ingin membangunkan istri terkasihnya, Sang suami lebih memilih tidur diluar rumah.. Di depan pintu… Dengan udara malam yang dingin melilit… hanya beralaskan selembar sorban tipis. Penat dan lelah beraktifitas seharian, dingin malam yang menggigit tulang ia hadapi.. karena tak ingin membangunkan istri tercinta. Subhanallah…

Dan ternyata,didalam rumah.. Persis dibalik pintu tempat sang suami menggelar sorban dan berbaring diatasnya.. Sang istri masih menunggu, hingga terlelap dan bersandar sang istri di balik pintu. Tak terlintas sedikitpun dalam pikirinnya tuk berbaring di tempat tidur, sementara suaminya belum juga pulang. Namun, karena khawatir rasa kantuknya tak tertahan dan tidak mendengar ketukan pintu Sang suami ketika pulang, ia memutuskan tuk menunggu Sang suami di depan pintu dari dalam rumahnya.

Malam itu… tanpa saling mengetahui, sepasang suami istri tersebut tertidur berdampingan di kedua sisi pintu rumah mereka yang sederhana… karena kasih dan rasa hormat terhadap pasangan.. Sang Istri rela mengorbankan diri terlelap di pintu demi kesetiaan serta hormat pada Sang suami dan Sang suami mengorbankan diri tidur di pintu demi rasa kasih dan kelembutan pada Sang istri.

dan Nun jauh di langit…. ratusan ribu malaikat pun bertasbih…. menyaksikan kedua sejoli tersebut…

Betapa suci dan mulia rasa cinta kasih yang mereka bina terlukis indah dalam ukiran akhlak yang begitu mempesona… saling mengasihi, saling mencintai, saling menyayangi dan saling menghormati…

Tahukah Anda… siapa mereka..?

Sang suami adalah Muhammad bin Abdullah, Rasulullah SAW dan Sang istri adalah Sayyidatuna Aisyah RA binti Abu Bakar As-Sidiq. Merekalah sepasang kekasih teladan, suami istri dambaan, dan merekalah pemimpin para manusia, laki-laki dan perempuan di dunia dan akhirat. Semoga rahmat ALLAH senantiasa tercurah bagi keduanya, dan mengumpulkan jiwa kita bersama Rasulullah SAW dan Sayyidatuna Aisyah RA dalam surgaNYA kelak. dan Semoga ALLAH SWT memberi kita taufiq dan hidayah tuk bisa meneladani kedua manusia mulia tersebut. Amiin…amiin ya rabbal’alamiin….

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Foto 4 x 6 di Saku Bajumu Nak…

Seperti hari-hari kemarin,Tetap saja ada perasaan sedih yang menghantui relung hati Hamzah. Ayah berumur 29 tahun itu terlihat sering murung. Sedihnya Hamzah, bukan karena persoalan besar, bukan juga permasalahan ekonomi keluarga. Namun, kesedihannya karena satu pertanyaan yang dilontarkan pemateri ketika mengikuti acara Smart Parenting. ”Bagaimana caranya untuk mengetahui kalo anak berumur 1-5 tahun menyayangi orang tuannya” ? Ya, pertanyaan itulah yang manjadi beban pikiran dirinya saat ini. Meskipun juga Hamzah mengakui kalo dirinya bukanlah ayah yang baik. Marah adalah hal yang wajar terjadi. Namun, marah ketika terlihat oleh anak berusia 2 tahun adalah perkara yang berbahaya untuk perkembangan emosionalnya. Dan Hamzah mengakui hal itu. Mulai hari itu ia bertekad untuk menjadi ayah yang lebih baik lagi untuk anaknya.

Mulai saat itu, setiap hari Hamzah pulang kantor dengan tergesa-gesa. Sebab hanya satu tujuannya. Bagaimana mendapatkan jawaban dari Ridwan anaknya ! Bermain dan bercengkerama dengan anaknya lebih lama adalah solusi yang tepat untuk mendapatkan jawaban kata ”Iya”. Hari itu Hamzah membeli bola berukuran besar. Lebih besar dari ukuran tubuh Ridwan. Mereka bermain lebih lama. Hamzah rela menjadi penjaga gawang yang berpura-pura jatuh ketika menangkap bola. Dan itu terjadi berulang-ulang hingga mengundang tawa Ridwan. Hingga mereka letih bermain. Hamzah mengajak Ridwan duduk sebentar. Hamzah mengambikan segelas air minum yang akan diminum berdua. Pikiran Hamzah, Ini saat yang tepat menanyakannya. ”Nak, Ridwan sayang sama abi ga ?” Kali ini Ridwan menatap wajah Hamzah. Hamzah menanti…..tiba-tiba Ridwan berkata ”Abi, ayo main bola lagi !…. Hamzah terdiam, mungkin pertanyaan itu ditanyakan ketika suasana tidak tepat pikirnya.

Malam harinya, Hamzah membacakan buku ”Akhlaq Islami” kepada anaknya. Kali ini Hamzah membacanya dengan sabar dan lebih lama dari biasanya. Malam itu 9 buku dibacanya sampai habis. Hingga ketika anaknya terlihat mengantuk, Hamzah berinisiatif untuk menyeka punggung Ridwan. Ketika usapan demi usapan dilakukannya, terbesit keingginan untuk menanyakan kepada anaknya ”Nak, Ridwan sayang ka sama abi?”… Ridwan terdiam, ternyata Ridwan keburu tidur sebelum ditanya. Hmm….biarlah, mungkin ia letih bermain tadi siang. Sambil mengusap punggung, dipandanginya wajah anaknya. Hamzah berkata di telingga anaknya. ”Nak, maafkan abi jika ternyata abi bukanlah ayah yang baik untukmu. Hingga engkau sulit mengatakan kata ”Iya”. Tapi biarlah, abi akan berusaha menjadi ayah yang baik”.

Malam pun berlalu, tanpa jawaban yang diimpikannya….

Sepulang shalat subuh, dompetnya berserakan! Ridwan ternyata telah bangun ketika Hamzah ke masjid. Foto dan tanda pengenal berceceran kemana-mana. Dengan sabar Hamzah mengambilnya dan memperbaikinya kembali. Hamzah berkata ke anaknya”Jangan dibuka dompet abi ya, disini banyak tanda pengenal yang penting. Nanti kalo hilang bagaimana ? ” Ridwan mengangguk tanda setuju. ”Oke! Ayo kita toss dulu” kata Hamzah. Dan Ridwan pun mengangkat dan membuka jarinya untuk toss dan tersenyum.

”Ok ummi, ayo berangkat” kata Hamzah. Waktu menunjukkan pukul 06.50. eh,ternyata Ridwan tak mau ganti baju. Bajunya yang dipake tidur tidak mau digantinya. Baju bermotif mobil traktor dengan saku di depan itu terlihat kumal. Tapi Ridwan tetap tak mau ganti baju. Bahkan sampai menangis ketika bajunya mau dilepas. Karena takut terlambat ke kantor, maka biarlah Ridwan tidak mandi dan tak mau ganti baju.

Sore itu, Hamzah pulang tak lagi tergesa-gesa. Toh Ridwan tak menunjukkan itikad mengucapkan kata-kata ”Iya” untuk dirinya. Maka kali ini Hamzah melakukan aktifitas seperti biasa. Menjemput Ridwan di rumah nenek yang ternyata memakai baju yang sama dengan baju tadi pagi. Kata nenek ”Ridwan ngak mau ganti baju, dia jingkar ( Menangis hebat ) kalo bajunya mau dilepas”

Malam itu Hamzah tak ingin bermain bola bersama anaknya. Hamzah menggiring Ridwan untuk tidur lebih awal. Maka diiringilah tidur Ridwan dengan tilawah.Setelah terlelap tidur. Hamzah meminta istrinya untuk mengganti baju Ridwan yang kumal karena besok pagi giliran Hamzah yang mencuci baju.

Sepulang shalat subuh, Ridwan belum bangun. Tumpukan baju satu persatu dicucinya. Hingga tiba pada baju bermotif traktor Ridwan. Baju yang dipake seharian. Ketika mencuci, Hamzah menemukan foto 4×6 dirinya di saku baju Ridwan…Dan hal itulah yang membuat Ridwan tersenyum dan berkata dalam hati ”Tak usahlah engkau berkata ”Iya” Nak. Abi sudah tahu jawabannya”……

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments