Siapkah aku??

Dalam kehidupan ini ada kepastian dan ketidakpastian. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi esok pagi, kita tidak tau bakalan dapat tugas apa, itu contoh gampang dari ketidakpastian hidup. Sesuatu yang paling pasti di antara kepastian adalah kematian. Kematian bukan dijadikan bayangan menakutkan dan membekukan langkah-langkah dalam menempuh hidup ini. Tapi itulah titik kulminatif kehidupan, titik tuju sarat konsekuensi, ketika segala sesuatu yang bersifat materi tak lagi bernilai. Namun, amalan-amalan kitalah yang akan menjadi teman setia dan akan menjadi bekal di yaumul hisab nanti.

Kita hidup, kita punya cita-cita, kita punya obsesi, bahkan ambisi. Bisa saja melambung tinggi, tak terbatas karena sifatnya yang abstrak. Tapi ingat, ada yang memenggalnya. Sebuah garis lurus yang terpenggal oleh komposisi garis berbentuk persegi panjang. ”Rasulullah pernah menggambar seperti ini di tanah dengan ranting. Garis lurus ini menggambarkan hidup kita, cita-cita kita, dan kotak ini adalah kematian yang akan memenggalnya.”

”Dari Ibnu Mas’ud r.a berkata, Nabi Saw. Membuat gambar empat persegi panjang. Di tengah-tengah, ditarik satu garis sampai ke luar. Kemudian, beliau membuat garis pendek-pendek disebelah garis yang tengah-tengah, seraya bersabda, ”Ini adalah manusia dan empat persegi panjang yang mengelilinginya adalah ajal. Garis yang di luar ini adalah cita-citanya, serta garis yang pendek-pendek adalah hambatan-hambatannya. Apabial dia dapat menghadapi hambatan yang satu, dia akan menghadapi hambatan-hambatan yang lain, dan apabila dia dapat menghadapi hambatan yang lain, dia akan menghadapi hambatan yang lain lagi.”

Ketika seseorang mengingat kematian, di situlah dia baru memulai kehidupan. Saya pribadi, kadang lupa akan hal ini. Karena terlena akan kesenangan duniawi semata, padahal di mata Allah, nilai dunia ini tidak lebih dari sayap seekor nyamuk. Terkadang menjadi sangat bodoh, masih terlalu banyak kemaksiatan-kemaksiatan yang saya lakukan, hingga menggelapkan hati ini, menjeruji nurani, hingga suara beningnya tak terdengar lagi, astaghfirullah!! Ketika seharusnya berlomba-lomba dalam kebaikan, di sibukkan dengan kegiatan hal-hal yang positif, berjuang menegakkan kalimat Allah, kajian, dakwah, tapi diri ini malah tengah larut memperturutkan nafsu dunia. Padahal saya tau, semua yang tengah saya lakukan, akan di mintai pertanggung jawaban kelak. Sekecil zarrah pun akan ada balasannya. Allah, apa hati ini telah terlampau keras, hitam – sehitam jelaga ? Sekian lama air mata ini tak tertumpah dalam indah sujud malamMu, tak mengadu hingga tersedu. Namun kadang mata ini malah sering menangis, menangis karena makhluk-Mu. Stupid fiiii!

Di langit desember ini, berharap akan aku temukan lagi warna indah pelangi di langitku! Alhamdulillah, Syukur padaMu ya Rabb, Engkau masih memberiku nafas dan nikmat hingga 21 tahun usiaku. Begitu banyak nikmat dan anugrah indah dariMu yang sering aku kufuri daripada aku syukuri. CintaMu begitu Luas tak terbatas ya Allah. Aku Mengharap setitik cahayaMu di kegelapan jiwaku....

Syukran Jzk buat semua sahabat-sahabatku, atas doanya, atas nasehatnya di milad kali ini. Ajari aku, tentang hakikat hidup ini,,ingatkan aku, tentang kematian yang kapan saja bisa datang, Gandeng tanganku berjalan menuju kebaikan, Sekali kali marahlah padaku jika aku mulai ’melenceng’ dari jalan ini. Untuk yang selalu mengirim paket doa kebaikan untukku dan mungkin tak pernah lupa meyebut namaku dalam bait-bait doa nya berjuta terima kasihhh, semoga Allah melindungimu, selalu!!

*Siapkah aku menyambut kematian? sedang amal masih terasa sedemikian kurang. Sanggupkah aku menemui Rabb-ku, walau sebenarnya itu yg aku rindu. Sungguh .... aku merasa jalanku terlalu lambat meninggalkan neraka, namun jalanku juga begitu lambat menuju Surga yg Engkau janjikan....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments