Baitul Huffadz

Suatu ketika Nabi SAW bersabda: “Allah SWT mempunyai keluarga diantara manusia.” Para sahabat segera bertanya penuh heran: “Siapakah mereka, ya Rasulullah?” Rasul menjawab: “Para penghafal Al-Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan pilihanNya.”

* * * *

Tak pernah selesai kita baca berita penyerangan tentara Israel atas warga sipil muslim yang tinggal di sekitar Jalur Gaza. Sebuah pertanyaan besar muncul: Dengan personel pasukan terlatih yang berbekal peralatan militer canggih, mengapa Israel tak mampu sepenuhnya menaklukkan Gaza? yang hanya berisikan rakyat sipil? Jawabannya adalah, karena Gaza adalah Baitul Huffadz, Rumah para penghafal Al-Qur’an. Menurut info-palestine.com, saat ini terdapat hampir 5000 hafidz dan hafidzah hidup disana, Subhanallah..

Tak heran jika pemerintah Palestina sangat menghormati dan menghargai para penghafal Al-Qur’an itu. Pada bulan September tahun 2008 lalu misalnya, pemerintah memberikan bantuan uang tunjangan bagi mereka masing-masing sebesar 100 ribu USD.

Pemerintah Palestina juga mengalokasikan anggaran khusus untuk menyokong biaya operasional kamp-kamp tersembunyi yang mendidik penghafal-penghafal Al-Qur’an. Dari info-palestine.com pula, saat ini lebih dari 1000 calon Hafidz dan Hafidzah baru tengah digembleng disana. Tempat-tempat ini sangat dirahasiakan, lebih tertutup dan dijaga super ketat dibanding gudang bom atau terowongan senjata.

Mengapa demikian? Sebab anak-anak Palestina penghafal Al-Qur’an ini ibarat Musa-Musa kecil bagi Fir’aun Israel. Mereka adalah bibit-bibit Mujahid yang kelak akan mengguncang kuasa Israel. Tidak hanya dengan batu, tidak hanya dengan ketapel, namun dengan Qur’an di dada mereka.

Saat langit berwarna merah saga

dan kerikil perkasa berlarian

meluncur laksana puluhan peluru

terbang bersama teriakan takbir

-merah saga by shoutul harokah-

Momen Ramadhan ini, dapat kita gunakan untuk memulai. Memulai mendekat, untuk menjadi keluarga-Nya di dunia ini.

Menanamkan Kalam suci, kukuh didada kita. Jangan ada kata: tidak ada waktu, repot, susah menghafal, mudah lupa..

Namun ucapkan satu hal saja, Bismillah.. dan kita mulai!

Ish kariman au mut syahidan, guys!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Sa'ad bin Abi Waqash

Diantara dua pilihan. Itulah mungkin kata yang tepat mewakili awal kisah dari Sa'ad bin Malik za-Zuhri alias Sa'ad bin Abi Waqash. Menurut Sa'ad bin Abi Waqash, mencintai orang tua bukan berarti harus mengorbankan prinsip hidup. Itu dilakukannya saat dia telah menerima Islam yang diajarkan oleh Rasulullah, kemudian dia yakini, bahwa hanya Islamlah yang bisa membuat dirinya dan hidupnya bahagia ketimbang kembali menyembah berhala. Lihatlah statementnya, yang sering dijumpai di sirah-sirah "Duhai bunda, meskipun ada seratus nyawa dalam diri bunda, dan terurai nyawa itu satu per satu, aku akan tetap pada agamaku. Sekarang terserah bunda, apakah hendak meneruskan perbuatan bunda atau hendak makan." Ibu Sa'ad yang sangat mencintai Sa'ad juga, merasa kehilangan ketika anaknya lari meninggalkan sesembahan nenek moyang, dan menyembah Allah serta mentaati Rasulullah. Untuk meluluhkan hati Sa'ad, ibundanya mengambil sikap untuk mogok makan, tapi nyatanya tak berkutik sedikitpun sikap Sa'ad untuk meninggalkan Agama Islam yang dibawa Rasulullah, mesikipun ia juga mencintai Ibundanya. Selain itu, Sa'ad juga dikenal sebagai anggota pasukan berkuda yang lihai dan gagah berani. Soal memanah, dia adalah nomor satu. Ada dua peristiwa yang menjadikan Sa'ad selalu dikenang dan istimewa, pertama dialah yang pertama melepas anak panah untuk membela Agama Allah, sekaligus orang pertama yang tertembus anak panah dalam membela Agama Allah. Kedua, Sa'ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah dengan jaminan kedua orang tua beliau. Sabda Rasulullah SAW pada saat perang Uhud : "Panahlah hai Sa'ad! Ibu Bapakku menjadi jaminan bagimu...." Dalam setiap peperangan, siapapun panglimanya, jika ada Sa'ad didalamnya maka pasukan akan merasa tenang. Bukan hanya karena kehebatannya dalam peperangan yang menciutkan hati musuh, tapi juga ketaqwaanya yang luhurlah, yang menjadi hati sahabat lain menjadi tenang. Pada saat perang Qadishiyyah, Amirul mukminin Umar bin Khaththab ra mengangkat Sa'ad sebagai Panglima perang untuk melawan adidaya Persia pada saat itu, ketika Sa'ad mengirim utusan untuk berdiplomasi dengan Rustum (panglima perang persia) yang akhirnya negoisasi itu berlangsung alot, dan muncullah pernyataan dari delegasi kaum muslimin. "Sesungguhnya Allah telah memilih kami untuk membebaskan hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya dari pemujaan berhala kepada pengabdian kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dan dari kedhaliman penguasa kepada keadilan Islam. Maka siapa yang bersedia menerima itu dari kami, kami terima pula kesediannya dan kami biarkan mereka. Tapi siapa yang memerangi kami, kami perangi pula mereka hingga kami mencapai apa yang telah dijanjikan Allah...!" "Apa yang dijanjikan oleh Allah itu?" tanya Rustum. "Surga bagi kami yang mati syahid, dan kemenangan bagi kami yang hidup", timpal Sa'ad. Sa'ad pun bangkit dan menggelorakan semangat jihad kaum muslimin, peperanganpun terjadi. Rustum dan pasukannya menuai kekalahan, Persia yang adidaya itu akhirnya jatuh juga di tangan kaum muslimin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Kau tiada terdua

Kumandang cinta mewarnai bergantinya hari

Bukanlah hari-hari biasa

KepadaMu Tuhan bersama bintang, Ku pun bertasbih

merindu siang malam penuh keberkahan

Dalam doa penuh cinta ini

Ku tak akan lagi sendiri

Malaikat kumenaungi sujud malamku

Di tengah tunduknya hati ini

Mohon tanamkan Iman disini

Agar tiada ragu Ku berkata,

"Kau Tiada Terdua"

(Rakhmad Fajar)

Nasyid paporitku saat ini, syahduuu bangetss! :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Cermin

Sahabat adalah cerminan atas dirimu. Mungkin tak asing lagi kalimat itu untuk kita. Suatu ketika, aku pernah membaca tulisan, entah kapan, dari salah seorang ustad ternama, ”Karena Sahabat adalah cerminan dari dirimu, maka ketika kamu berkaca dan melihat ada yang salah dalam cermin itu, sadarilah bukan cermin itu yang salah, tetapi dirimulah yang seharusnya diperbaiki.” Kurang lebih seperti itu. Huftth, sejenak termenung! Ketika beberapa hari yang lalu, Aku mendapatkan sebuah sms dari seorang temanku, ikhwan pula. Cukup kaget waktu ngebacanya! Dia memberitauku, lebih tepat menegurku mungkin. Bahwa si fulanah itu (sahabatku), mbok iya o dinasehatin, biar lebih syar’i lagi………………bla..bla!! Sebegitukah perhatiannya ia pada sahabatku? Karena fulanah adalah sahabatku dan juga sahabatnya. Aku langsung menangkap apa yang ia maksudkan. Kemudian akupun membalasnya, “Aku ini memang sahabatnya, tapi nggak kurang-kurangnya aku memberi masukan atau nasehat, udah gede harusnya tau mana yang baik mana yang enggak!”, pernyataanku berbalas, “Oh, tak kira kamu diem aja,masak ya harus aku yang ngomong, jangan sampai lah!”. Jujur, saat itu aku berpikir, kenapa harus aku? Kan temen deketnya nggak cuman aku!

Semalam…,yah, aku baru menyadarinya! Aku teringat kata mutiara dari sang Ustad! Astagfirullah, dengan entengnya kemarin aku menjawab seperti itu, bukankah “aku” ini yang seharusnya diperbaiki ? Karena pantulannya adalah dari diri ini. Allah menegurku, untuk me-muhasabah diri ini, untuk memperbaikinya lagi. Terima kasih kawan!

Mengingatkan bila lupa…Menyegarkan bila lesu…Menggairahkan bila malas…Memicu fastabiqul khairat…Mendukung langkah dan perbaikan diri…Selalu mendokan. Itulah sahabat yang sesungguhnya!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Marhaban Yaa Ramadhan

Selamat menunaikan ibadah puasa, mohon maaf atas segala khilaf dan prasangka!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

EPIsode Yang Tertunda

Ajari aku menuntun sekerlip cahaya

Namamu yang dibalik kilauan bintang

Terlipat diantara malam

Asingkan kata seperti cinta?

Ruas hati menggelap jadi silauan

Esakan dariku untuk yang kau pilihkan

Serpihkan yang sudah berlalu

bukankan air mata itu menyenangkan??

atau kau memenjarakan air matamu di balik jeruji ketertawaan

ijinkan aku bertanya

sekelumit jawab saja menujumu

Tuhan, aku tau kita tak saling bicara

tapi ijinkanlah aku untuk pertanyakan ini

semoga kau terima apa yang tlah kupinta

untuk episode yang tertunda

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Hadiah Cinta

Bisa saya melihat bayi saya?" Pinta ibu yang baru melahirkan anaknya, saat bayi diberikan kepadanya, sesuatu yang mengagetkan terjadi, bayi dalam gendongan itu dilahirkan tanpa kedua belah daun telinga, meski begitu si ibu tetap menimang sayang bayinya, waktu membuktikan, meski terlihat aneh dan buruk pendengaran anak itu bekerja dengan sempurna dan dengan kasih sayang dan dorongan semangat orang tuanya, ia menjadi pemuda tampan yang cerdas, ia juga pandai bergaul sehingga disukai teman-temannya, ia juga mengembangkan bakat di bidang musik sehingga tumbuh menjadi remaja pria yang disegani.

Suatu hari ayah lelaki itu bertemu dengan seorang dokter "Saya bisa memindahkan sepasang daun telinga untuk putra bapak, tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan daun telinganya, maka orang tua lelaki itu mulai mencari, siapa yang mau mendonorkan daun telinganya kepada anak mereka, beberapa bulan sudah berlalu, tibalah saatnya mereka memanggil anak lelaki itu,"Nak, seseorang yang tidak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan daun telingannya kepadamu, kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk operasi, namun semua ini sangatlah rahasia" kata si ayah.

Operasi berjalan dengan sukses, wajahnya yang tampan, ditambah kini sudah punya daun telinga membuat ia terlihat menawan, ditambah bakat musiknya, dia makin disegani dan mampu meraih menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Kecerdasannya kemudian membuat ia diterima bekerja sebagai diplomat, ia sangat ingin berterimakasih kepada orang yang mendonorkan daun telinga "Ya aku harus mengetahui, siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua kepadaku, ia telah berbuat sesuatu yang besar, namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya"

Ayah yakin kau tidak bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan daun telinga itu, setelah terdiam sesaat, ayahnya melanjutkan "sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini. Tahun berganti rahasia tetap tersimpan rapi, hingga suatu hari sesuatu yang menyedihkan bagi keluarga itu terjadi. Pada hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenasah ibunya yang baru saja meninggal, dengan perlahan ayah membelai rambut ibu yang terbujur kaku lalu menyibaknya sehingga sesuatu yang mengejutkan si anak terjadi, ternyata si ibu tidak memiliki daun telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya dan tak seorangpun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?" Melihat kenyataan bahwa daun telinga ibunya yang didonorkan, meledaklah tangis si anak, ia merasakan bahwa cinta sejati ibunyalah yang membuat ia bisa seperti saat ini. Cinta sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui namun pada apa yang telah dikerjakan tapi tidak diketahui. Kisah pengorbanan ibu tadi adalah wujud sebuah cinta sejati yang tidak bisa dinilai dan digantikan dengan apapun. Inilah makna sesungguhnya dari sebuah cinta yang murni, cinta seorang ibu kepada anaknya tanpa pamrih.

From CyberMq : Andrie Wongso

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Kecil-kecil jadi mufti

Suatu hari, di Masjidil Haram seorang guru tengah menyampaikan ilmu kepada murid-muridnya. Dengan lugas, jelas, dan komunikatif. Guru tersebut mengajarkan materi fiqh, muamalah, jinayah dan hukum-hukum kriminal.

Namun, ada yang ganjil dalam majelis ini, ternyata Pak Guru jauh tampak lebih muda daripada murid-muridnya. Bahkan, ditengah proses belajar mengajar, ia sempat minta izin untuk minum, padahal siang itu adalah bulan Ramadhan. Kontan saja “ulah” Pak Guru menuai protes, “Kenapa Anda minum, padahal ini kan bulan Ramadhan?”, tanya para murid. Ia menjawab, “Aku belum wajib berpuasa.”

Siapakah Pak Guru yang terlihat nyeleneh tersebut? Ia adalah Muhammad Idris Asy Syafi’i,yang lebih kenal dengan Imam Syafi’i.

Kita ngga’ perlu heran dengan fragmen di atas, karena pada usia belum baligh Imam Syafi’i sudah menjadi ulama yang disegani. Usia sembilan tahun sudah hafal Al-Qur’an. Usia sepuluh tahun isi kitab Al Muwatha’ karya Imam Malik yang berisi 1720 hadits pilihan juga mampu dihafalnya dengan sempurna. Pada usia 15 tahun telah menduduki jabatan mufti ( semacam hakim agung ) kota Makkah, sebuah jabatan yang prestisius pada masa itu. Bahkan, dibawah usia 15 tahun, Imam Syafi’I sudah dikenal mumpuni dalam bidang bahasa dan sastra Arab, hebat dalam membuat syair, jago qiraat, serta di akui memiliki pengetahuan yang luas tentang adat istiadat Arab yang asli. Subhanallah :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Selalu ada

Sebab jurang tak selalu berarti kekalahan,

Sebab jurang tak melulu masalah ketakberdayaan,

Sebab jurang tak selamanya tempat kejatuhan.

Karena jurang juga diciptakan untuk mereka yang ingin mendaki,

Karena jurang ada bagi mereka yang berani,

Untuk menyeberangi,

Untuk menaikinya kembali, bila ia terjatuh nanti.

Jadi, biarkan bila jatuh ke jurang, bila memang harus jatuh.

Sebab, selalu ada yang membantumu untuk naik kembali.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Alon-alon waton kelakon

Siang ini, masih terbayang kecelakaan yang terjadi di depan rumah pagi tadi. Bunyi, ta,,rrrrr,,rrrrrrrr, seakan masih terngiang di telinga. Hingga perjalanan dari rumah ke kampus, masih agak deg-deggan, apalagi jalan raya Solo-Sragen yang lumayan rame. Nggak tau kenapa, depan rumahku rawan sekali terjadi kecelakaan, padahal jalannya nggak nikung. Dan pagi hari inipun, di kejutkan suara lengkingan dan tubrukan antara 2 sepeda motor. Aku melihatnya, 2 anak sekolah dan satu bapak-bapak yang mw berangkat kerja, terseret beberapa meter. Ya Allah, dasarnya aku ini nggak tahan, pasti langsung nangis. Aku ikut lari, bukan pengen nonton seperti “bunuh diri” kemarin, tapi ingin menolong tentunya. Bapakku spontan langsung lari, menolongnya. Di tengah jalan, aku lihat yang bapak-bapak terbujur tak bergerak, lebih lagi nggak pake helm.Tapi kenapa nggak langsung di bopong sama orang-orang, huh, ingin aku mendekat, tapi apa daya?? Lalu aku mendekati yang anak SMA, aku lari ke rumah lagi, mengambil betadin, sikunya berdarah. Setelah aku kembali ke Anak SMA tadi, ia mengerang sangat keras, keras sekali, “Tolong pak, Sakiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttttttttttttttttttt”! berkali-kali, ia memegangi lututnya, tak ada darah disana, jangan-jangan?? (pikirku, kakinya patah). Kerumunan Warga semakin memenuhi jalan, Singkat cerita, setelah mobil datang, yang anak SMA segera di naikkan, sedangkan si bapak di bopong ke rumah tetanggaku, padahal aku khawatir bgt, nek sik bapak gegar otak. Mobil yang membawa si anak, nggak jalan-jalan, malah dikerumunin bnyk orang, saling berdebat, ni anak mau dibawa ke RS mana?? Ke Ortopedi langsung, atau ke klinik dekat rumah. Aku nggak tahan, adeknya itu udah mengerang kesakitan, mbok ya cepet-cepet di putuskan, di bawa ke klinik terdekat, biar dapat pertolongan dulu, kan kasian. Ini malah jadi tontonan. Setelah rembugan, akhirnya tu anak dibawa ke ortopedi, cz kayaknya kakinya patah beneran. Si bapak udah siuman, tapi beliau bingung, tadi saya kenapa?? Kemudian di bawa ke klinik, belakang kepalanya berdarah (kenapa nggak dari tadi?)

Kerumunan masih rame, aku nggak tau pasti, siapa yang salah dalam kecelakaan ini. Tapi, kalau keadaan kayak gini, mbok iya o, diselesaikan dengan kepala dingin, bukannya rame, eyel-eyelan, saling menyalahkan dan saling menuntut, suasana malah semakin panas, astagfirullah. Kalau bisa diselesaikan dengan kepala dingin, dengan cara baik-baik, kenapa harus pake emosi??. Jadi teringat nasehat bapak, beliau selalu mewanti-wanti tiap aku berangkat kuliah, “Kalo naek motor itu ati-ati nduk, ngalah, nggak usah nyalib, kadang di rewangi ati-ati masih bisa ciloko!”. Sekarang, aku nggak berani “ngebut” kayak dulu lagi, teringat motor tua kesayanganku yang sepertinya nggak mau di bawa lari lagi,hehe. Biar pelan, asal Selamat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments