Sebuah Cinta Abadi yang pernah ada di Bumi..

Sebuah kisah Cinta Sejati, Kisah nyata yg pernah terjadi di Bumi ini…

Sekian ratus tahun yang lalu… Di malam yang sunyi, di dalam rumah sederhana yang tidak seberapa luasnya… seorang istri tengah menunggu kepulangan suaminya. Tak biasanya sang suami pulang larut malam. Sang istri bingung…. hari sudah larut dan ia sudah sangat kelelahan dan mengantuk. Namun, tak terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk segera tidur dan terlelap di tempat tidur suaminya. Dengan setia ia ingin tetap menunggu… namun, rasa ngantuk semakin menjadi-jadi dan Sang suami tercinta belum juga datang. Tak berapa lama kemudian…. seorang laki-laki yang sangat berwibawa lagi luhur budinya tiba di rumahnya yang sederhana. Laki-laki ini adalah suami dari sang istri tersebut. Malam ini beliau pulang lebih lambat dari biasanya, kelelahan dan penat sangat terasa. Namun, ketika akan mengetuk pintu… terpikir olehnya Sang istri yang tengah terlelap tidur…. ah, sungguh ia tak ingin membangunkannya. Tanpa pikir panjang, ia tak jadi mengetuk pintu dan seketika itu juga menggelar sorbannya di depan pintu dan berbaring diatasnya. Dengan kelembutan hati yang tak ingin membangunkan istri terkasihnya, Sang suami lebih memilih tidur diluar rumah.. Di depan pintu… Dengan udara malam yang dingin melilit… hanya beralaskan selembar sorban tipis. Penat dan lelah beraktifitas seharian, dingin malam yang menggigit tulang ia hadapi.. karena tak ingin membangunkan istri tercinta. Subhanallah…

Dan ternyata,didalam rumah.. Persis dibalik pintu tempat sang suami menggelar sorban dan berbaring diatasnya.. Sang istri masih menunggu, hingga terlelap dan bersandar sang istri di balik pintu. Tak terlintas sedikitpun dalam pikirinnya tuk berbaring di tempat tidur, sementara suaminya belum juga pulang. Namun, karena khawatir rasa kantuknya tak tertahan dan tidak mendengar ketukan pintu Sang suami ketika pulang, ia memutuskan tuk menunggu Sang suami di depan pintu dari dalam rumahnya.

Malam itu… tanpa saling mengetahui, sepasang suami istri tersebut tertidur berdampingan di kedua sisi pintu rumah mereka yang sederhana… karena kasih dan rasa hormat terhadap pasangan.. Sang Istri rela mengorbankan diri terlelap di pintu demi kesetiaan serta hormat pada Sang suami dan Sang suami mengorbankan diri tidur di pintu demi rasa kasih dan kelembutan pada Sang istri.

dan Nun jauh di langit…. ratusan ribu malaikat pun bertasbih…. menyaksikan kedua sejoli tersebut…

Betapa suci dan mulia rasa cinta kasih yang mereka bina terlukis indah dalam ukiran akhlak yang begitu mempesona… saling mengasihi, saling mencintai, saling menyayangi dan saling menghormati…

Tahukah Anda… siapa mereka..?

Sang suami adalah Muhammad bin Abdullah, Rasulullah SAW dan Sang istri adalah Sayyidatuna Aisyah RA binti Abu Bakar As-Sidiq. Merekalah sepasang kekasih teladan, suami istri dambaan, dan merekalah pemimpin para manusia, laki-laki dan perempuan di dunia dan akhirat. Semoga rahmat ALLAH senantiasa tercurah bagi keduanya, dan mengumpulkan jiwa kita bersama Rasulullah SAW dan Sayyidatuna Aisyah RA dalam surgaNYA kelak. dan Semoga ALLAH SWT memberi kita taufiq dan hidayah tuk bisa meneladani kedua manusia mulia tersebut. Amiin…amiin ya rabbal’alamiin….

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Foto 4 x 6 di Saku Bajumu Nak…

Seperti hari-hari kemarin,Tetap saja ada perasaan sedih yang menghantui relung hati Hamzah. Ayah berumur 29 tahun itu terlihat sering murung. Sedihnya Hamzah, bukan karena persoalan besar, bukan juga permasalahan ekonomi keluarga. Namun, kesedihannya karena satu pertanyaan yang dilontarkan pemateri ketika mengikuti acara Smart Parenting. ”Bagaimana caranya untuk mengetahui kalo anak berumur 1-5 tahun menyayangi orang tuannya” ? Ya, pertanyaan itulah yang manjadi beban pikiran dirinya saat ini. Meskipun juga Hamzah mengakui kalo dirinya bukanlah ayah yang baik. Marah adalah hal yang wajar terjadi. Namun, marah ketika terlihat oleh anak berusia 2 tahun adalah perkara yang berbahaya untuk perkembangan emosionalnya. Dan Hamzah mengakui hal itu. Mulai hari itu ia bertekad untuk menjadi ayah yang lebih baik lagi untuk anaknya.

Mulai saat itu, setiap hari Hamzah pulang kantor dengan tergesa-gesa. Sebab hanya satu tujuannya. Bagaimana mendapatkan jawaban dari Ridwan anaknya ! Bermain dan bercengkerama dengan anaknya lebih lama adalah solusi yang tepat untuk mendapatkan jawaban kata ”Iya”. Hari itu Hamzah membeli bola berukuran besar. Lebih besar dari ukuran tubuh Ridwan. Mereka bermain lebih lama. Hamzah rela menjadi penjaga gawang yang berpura-pura jatuh ketika menangkap bola. Dan itu terjadi berulang-ulang hingga mengundang tawa Ridwan. Hingga mereka letih bermain. Hamzah mengajak Ridwan duduk sebentar. Hamzah mengambikan segelas air minum yang akan diminum berdua. Pikiran Hamzah, Ini saat yang tepat menanyakannya. ”Nak, Ridwan sayang sama abi ga ?” Kali ini Ridwan menatap wajah Hamzah. Hamzah menanti…..tiba-tiba Ridwan berkata ”Abi, ayo main bola lagi !…. Hamzah terdiam, mungkin pertanyaan itu ditanyakan ketika suasana tidak tepat pikirnya.

Malam harinya, Hamzah membacakan buku ”Akhlaq Islami” kepada anaknya. Kali ini Hamzah membacanya dengan sabar dan lebih lama dari biasanya. Malam itu 9 buku dibacanya sampai habis. Hingga ketika anaknya terlihat mengantuk, Hamzah berinisiatif untuk menyeka punggung Ridwan. Ketika usapan demi usapan dilakukannya, terbesit keingginan untuk menanyakan kepada anaknya ”Nak, Ridwan sayang ka sama abi?”… Ridwan terdiam, ternyata Ridwan keburu tidur sebelum ditanya. Hmm….biarlah, mungkin ia letih bermain tadi siang. Sambil mengusap punggung, dipandanginya wajah anaknya. Hamzah berkata di telingga anaknya. ”Nak, maafkan abi jika ternyata abi bukanlah ayah yang baik untukmu. Hingga engkau sulit mengatakan kata ”Iya”. Tapi biarlah, abi akan berusaha menjadi ayah yang baik”.

Malam pun berlalu, tanpa jawaban yang diimpikannya….

Sepulang shalat subuh, dompetnya berserakan! Ridwan ternyata telah bangun ketika Hamzah ke masjid. Foto dan tanda pengenal berceceran kemana-mana. Dengan sabar Hamzah mengambilnya dan memperbaikinya kembali. Hamzah berkata ke anaknya”Jangan dibuka dompet abi ya, disini banyak tanda pengenal yang penting. Nanti kalo hilang bagaimana ? ” Ridwan mengangguk tanda setuju. ”Oke! Ayo kita toss dulu” kata Hamzah. Dan Ridwan pun mengangkat dan membuka jarinya untuk toss dan tersenyum.

”Ok ummi, ayo berangkat” kata Hamzah. Waktu menunjukkan pukul 06.50. eh,ternyata Ridwan tak mau ganti baju. Bajunya yang dipake tidur tidak mau digantinya. Baju bermotif mobil traktor dengan saku di depan itu terlihat kumal. Tapi Ridwan tetap tak mau ganti baju. Bahkan sampai menangis ketika bajunya mau dilepas. Karena takut terlambat ke kantor, maka biarlah Ridwan tidak mandi dan tak mau ganti baju.

Sore itu, Hamzah pulang tak lagi tergesa-gesa. Toh Ridwan tak menunjukkan itikad mengucapkan kata-kata ”Iya” untuk dirinya. Maka kali ini Hamzah melakukan aktifitas seperti biasa. Menjemput Ridwan di rumah nenek yang ternyata memakai baju yang sama dengan baju tadi pagi. Kata nenek ”Ridwan ngak mau ganti baju, dia jingkar ( Menangis hebat ) kalo bajunya mau dilepas”

Malam itu Hamzah tak ingin bermain bola bersama anaknya. Hamzah menggiring Ridwan untuk tidur lebih awal. Maka diiringilah tidur Ridwan dengan tilawah.Setelah terlelap tidur. Hamzah meminta istrinya untuk mengganti baju Ridwan yang kumal karena besok pagi giliran Hamzah yang mencuci baju.

Sepulang shalat subuh, Ridwan belum bangun. Tumpukan baju satu persatu dicucinya. Hingga tiba pada baju bermotif traktor Ridwan. Baju yang dipake seharian. Ketika mencuci, Hamzah menemukan foto 4×6 dirinya di saku baju Ridwan…Dan hal itulah yang membuat Ridwan tersenyum dan berkata dalam hati ”Tak usahlah engkau berkata ”Iya” Nak. Abi sudah tahu jawabannya”……

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

[Parenting] Mendongeng dan Anak Unggul

Kak Adhi, pendongeng profesional dan instruktur Rumah Qurani, dalam sebuah pelatihan pernah bilang, kurang-lebih, ”Dongeng itu mempengaruhi pola pikir seorang anak ketika dia dewasa. Nah... kenapa orang-orang Indonesia banyak yang suka korupsi? Ya mungkin karena dongeng masa kecil anak-anak Indonesia adalah Kancil Mencuri Timun!” (Kan konsep suap dan menipu sangat kental dalam dongeng itu)

Masih kata Kak Adhi, salah satu efek mendongeng adalah ’meningkatkan kemampuan menulis anak’. Ini saya buktikan, kelihatan pada anak pertama saya, Kirana. Saking sering dicekoki dongeng (:D), sekarang dia punya hobi menulis. Buku pertamanya sudah di tangan penerbit, terakhir sih katanya sedang lay-out..ga tau lagi kapan terbitnya.

Trus... apa lagi ya, efek mendongeng? Saat saya sedang browsing, ketemu sebuah artikel tentang ”Family Based Education”. Kata artikel itu, sekolah unggul ditentukan oleh “kepedulian, guru yang cerdas, materi (ilmu), dan waktu.” Nah… sebenarnya, keempatnya bisa didapat di rumah, ya kan? Tentu saja, hal ini tidak berarti anak harus homeschooling... (itu sih tergantung kesanggupan ortu). Tapi, yang saya soroti adalah prinsip bahwa di rumah pun anak-anak bisa ditempa menjadi manusia unggul. Di rumah, kita bisa mengajari anak materi-materi yang sangat penting untuk kehidupan sosialnya, seperti etika, EQ (kecerdasan emosional), dan SQ (kecerdasan spiritual).

Caranya gimana? Ya banyak sih.. teman-teman bisa browsing. Salah satunya, menurut saya, adalah melalui dongeng. Dari sebuah blog, juga saya dapat ilmu, ”...mendongeng merupakan suatu cara yang paling efektif untuk memberikan nasehat, pesan, pencerahan, dan motivasi kepada anak. Mendongeng sebetulnya mirip dengan memberikan contoh nyata ke dalam imajinasi anak. Dengan perasaan senang anak akan lebih mudah menyerap dan memahami isi cerita yang disampaikan kepadanya. Pilihlah kisah atau cerita yang menarik bagi anak, sesuai dengan umurnya, dikemas dengan cara yang dapat menembus perasaan secara mudah, dan doronglah ia untuk melakukan kebaikan tersebut.”

Oya, tak perlu minder duluan, “ah..aku ga pinter dongeng!” Jangan kuatir, dongeng se-‘garing’ apapun tetap menarik buat anak, asal disampaikan dengan cinta. Anyway,...mari mendongeng untuk mendidik anak yang unggul dunia-akhirat..:)

*) Copas artikel Dina Y Sulaeman ( penulis buku "Dokter Cilik")

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Cepat sekali waktu berlalu...

Rasanya, cepat sekali waktu berlalu. Ya, rasa-rasanya baru kemarin kelulusan SMA. Tryout-tryout SPMB, berkutat dengan buku-buku padahal waktu itu temen-temen pada sibuk liburan.hiks! SPMB hari pertama bertempat di kampus PGTK/SD Kleco, yang sebelumnya harus terjatuh di rel purwosari (pertama kali jatuh naik sepeda motor) ketika nyari-nyari lokasi plus ruangannya. SPMB alhamdulillah lancar tak ada halangan yang berarti, pasrah wis sama Allah, berdoa diterima dan diberi yang terbaik tentunya. Hampir sebulanan kalo nggak salah, menanti hasil diterima atau enggak atas pilihan yang telah tertera. Pengumuman untuk lewat internet bisa dilihat malam jam 9 (lupa tanggal berapa) dan untuk yang di koran atau di kampus baru keesokan paginya. Malam itu, mas yang kerja di Jepang, sibuk telpon rumah, sibuk minta nomer Spmb ku, sibuk pengen tau aku ketrima atau enggak. Aku aja santai-santai, nek ketrima ya Alhamdulillah, kalo enggak, ya itu yang terbaik. Heheh. Finnaly….pilihan kedua tembus, Ekonomi Pembangunan UNS. Sujud syukur, thanks Rabb.

Babak baru, di bangku kuliah. Ya, rasanya belum lama masa-masa Osmaru, bertemu teman-teman baru, asing rasanya. Kelompik Devisa; Yeyen, Anin ( skrg di STAN, how are you my fren? ), Fay. Kelas C awal yang indah bertemu sahabat yang baik; Ratih Indah, Hermin, Fatania, Nina, Bimo. Baru kemarin kuliah masih naik bis, pulang magrib nggak dapat tempat duduk, berdiri di bis dari kampus sampai rumah. Baru kemarin rasanya, kuliah masih pake jins favoritku plus jaket item sepaket dengan sepatu kets ku. Awal-awal kuliah yang masih disibukkan dengan kegiatan kampus; BPPI (Rohis), HMJ EP, dan KEI. Semester dua yang belum lama rasanya, ketemu Finna. Satu-satunya akhwat EP 07, gokil meski agak seyem kalo ngambeg. Semester tiga, empat tidak terasa terlewati dengan manis. Naik semester lima, lebih mengenal teman-teman seperjuangan; Tania, Reni, Piti, Risti. Waktu bergulir begitu cepat. Masuk semester enam. Semester tua, bertemu dosen-dosen asyik tapi juga ada yang rada aneh gituu.

Dan baru saja..minggu kemarin selesai Uas untuk semester enam. Menyusul sibuk ngurus magang, yang nanti dimasukkan ke mata kuliah magang untuk semester 7. Sekarang lagi nyiapin outline skripsi nya. Huhuhu, kayaknya perlu belajar buanyakk waktu liburan ini. Hmmm, pikiran mengajak nostalgia ke 3 tahun yang lalu sampai detik ini. Sungguh, waktu memang begitu cepat bergulir, cepat berlalu. Ya, sepertinya baru kemarin Osmaru, sekarang udah mau masuk semester tujuh. Waktu memang akan terus bergulir, duka berganti suka, pun suka akan berganti menjadi duka. Bukankah seperti itu hidup?? Banyak sekali warna-warni hidup yang mewarnai langitku 3 tahun terakhir. Suka, duka, airmata, senyum bahagia…semua Engkau hadiahkan untukku. Yang aku tau, Engkau menuntunku untuk selalu percaya, bahwa rencana-rencana-Mu jauuuuh lebih indah ya Allah. AllahRabbi, Maafkan jika aku kurang syukur atas nikmat-Mu yang tiada bertepi. Terima kasiiihhh untuk sahabat-sahabatku, yang turut mewarnai hariku dan yang mengajariku, how to paint the sky, thx a lot, gracias….untuk semuanya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Bukan perhatian yg berlebih, Bukan telpon setiap waktu apalagi sering-sering bilang I Love You

Lagi-lagi ngomongin si cinta nih. Tapi untuk kali ini bukan cerita roman picisan kok, bukan yang mellow-mellow macam sinetron di tipi-tipi itu. Cinta memang tak terlepas dari kehidupan seharian kita. Ia akan menjadi warna indah yang melukis langit hati kita, apalagi jika cinta itu berujung dan disatukan dalam satu ikatan suci yang bernama pernikahan. Betapa bahagianya ya, seolah dimana-mana ada pelangi. Untuk seorang perempuan, jika waktu telah tiba, ada niat dan keinginan untuk menggenapkan separuh dien….disusul ada sesosok pemuda dambaannya datang, mengungakap dengan penuh cinta dan kasih…”Bersediakah kau berlayar mengarungi bahtera denganku? Bersama meraih syurga yang dijanjikan-Nya?” . Seketika semua bintang megkerling riang, bunga-bunga dihati bermekaran indah, dimana-mana berasa ada pelangi yang mengikuti, senyum manis tak terlepas dari wajahnya, dan semesta menari-nari untuknya.

Bahagiakah? Ya bahagia tentunya. Sekarang, ada yang memberi perhatian lebih, ada yang mengingatkan untuk sekedar makan, ada yang memberi support, ada yang mendoakan, ada sms-sms yang menemani dalam sepi atau telpon yang mengajak berbagi cerita. Sang perempuan ditengah bahagianya telah menemukan sosok yang insyaAllah akan menjadi imamnya, tapi akan ada setitik rasa ‘resah’. Ya, seorang wanita akan menunggu, menunggu kapan sang pemuda yang didambanya dan juga mencintainya, akan mendatangi orang tua dan memintanya secara resmi kepada beliau. Padahal sudah jelas kalau keduanya sama-sama telah menemukan suatu kecocokan, padahal sang pemuda telah ‘meminta’ dan mengutarakan rasa kepada si perempuan, sms tiap jam, telpon setiap hari, tapii…..Kenapa tak jua mengutarakan maksud dan niat sucinya kepada orang tua perempuan yang dicintainya??

Taukah wahai pemuda, seorang wanita tak menginginkan yang lebih untuk urusan seperti ini. Bukan perhatian yang berlebih, bukan telpon setiap waktu, bukan juga seringnya kau bilang I love you, Yo tea mo atau Aisheteruuu, bukan itu. Wanita lebih menginginkan sebuah kepastian, kejelasan dalam suatu hubungan. Jangan gantung ia dengan sekedar janji tanpa ada realita. Tapi, untuk menunjukkan keseriusan melangkah dalam ikatan pernikahan, segeralah datangi orangtua gadis yang kau dambakan dan kau cintai. Percayalah, itu akan lebih membahagiakan hati seorang perempuan dibandingkan dengan ucapan I love you atau Aishiteru. So, untuk teman-teman ku, mas-mas-ku, tunggu apalagi jika niat sudah ada, calon telah ditemukan, kecocokan keduanya telah tumbuh, segera datangi orang tuanya, minta dengan penuh tawadhu’. Nggak pengen kan, jika pujaan hati di duluin orang lantaran ‘kalah cepet’ dengan yang lebih gentle?

Untuk seorang wanita (untuk versi saya tentunya), kalau terlalu lama menunggu kepastian dari si dia, resah, takut jika nanti ada sosok lain yang lebih dulu sampai ke orang tua, kemudian memintanya, padahal hatinya sudah terlanjur condong bahkan terpaut kepada si dia. Cobalah pertanyakan dengan baik-baik kepada si dia (jangan takut dan merasa rendah, justru kalau tak jua ada kepastian, bukannya malah ‘gantung’ terus), kayak lirik lagu itu, “mau dibawa kemana, hubungan kita?”, tanyalah baik-baik apakah si dia benar-benar serius ingin menjadikan kita penyejuk jiwanya kelak? Kalau memang iya, buktikan keseriusan dengan mendatangi dan meminta kepada orang tua. Atau bisa kita bilang, “Kalau selalu mengulur waktu, dan tidak ada kepastian yang jelas, jika suatu hari ada orang lain yang datang ke rumahku dan memintaku, kau jangan menangis melepas kepergianku. Kau tau, yang aku inginkan adalah menikah…bukan menunggu!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Ketika ‘ia’ tak punya penjelasan

Jangan tanyakan ia bisa hadir karena apa

Jangan pertanyakan dengan apa ia mampu cairkan beku

Jangan pula memburu tanya,

mengapa ia mampu mencipta pelangi

di tengah benci

Karena ia memang tak kan ada alasan… Karena ia memang tak kan pernah ada jawaban…

Dan bisa saja ia tak punya penjelasan untuk menjelaskan…

Meski diburu ke hujungnya…

Jadi, biarkan ia tetap ada

Menghuni setiap relung jiwa

Sesekali menelisik ditengah gemericiknya suara hati

Melukis lembut dipesona syahdunya

Dan mengukir senyum ditengah badai…

Ya…..

Biarlah ia tetap ada,

Disini…menemani dalam sendiri

Dan bersama dalam bahagia

NightSky210610

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Benar Disakiti atau ‘Hanya Merasa Tersakiti’?

Mencintai dan dicintai, perasaan seperti ini pastilah terasa sangat indah bagi insan yang merasakan keduanya. Mencintai yang berarti kita memberi (aktif) dan dicintai yang artinya kita diberi cinta, diberi kasih sayang oleh seseorang. Tapi di sini saya tidak akan membahas tentang mencintai-dicintai. Toh saya yakin, telah banyak uraian dan penjelasan tentang cinta. Dan tiap pribadi, tentunya akan lebih paham akan cinta yang tengah menyapa lembut hatinya. Saya akan mencoba mengurai tentang perasaan yang hampir semua orang tak mau merasakannya, yuuup, disakiti. Jika perasaan dicintai, semua orang akan menemukan satu titik bahagia, meskipun itu kecil sekali, namun jika perasaan itu adalah disakiti?? Adakah bahagianya jika disakiti?? Apa enaknya disakiti? (sangat sedikit yg menjawab ada). Disakiti, rasanya seperti membuat kubang di hati, perasaan bagai ditampar, luapan amarah, jerih nan periiiii, hingga terlahirlah rasa benci lantaran disakiti. Guys, sebelum memutuskan apakah kita benar-benar disakiti, coba tanyalah si hati, cek keadaan sebenarnya, tabbayun dengan orang yang kita dakwa sebagai orang yang menyakiti kita. Jangan-jangan sebenarnya kita tidak disakiti, pikiran kita lah yang “sakit”, mendakwa seperih itu kepada sahabat kita atau orang yang mencintai kita, “Dia menyakitiku atau Aku telah disakiti olehnya….salahku apaaa??”. Saya berpikir (karena saya pernah merasakan hal seperti ini), dia sahabatku, mana mungkin tega menyakitiku?. Atau dengan orang-orang terdekat kita lah. Apa iya orang-orang yang mencintai/pernah mencintai kita, tega dan sengaja betul menyakiti hati kita??.hmmmm, kuncinya satu, tabbayun, tanya baik-baik. Iya, jangan-jangan kita hanya ‘merasa tersakiti’ saja, bukan benar-benar disakiti. Apalagi merasa disakiti yang berujung benci. Karena penyakit benci adalah penyakit destruktif, merusak dan merugikan diri sendiri. Kembali kepada ‘merasa tersakiti’. Perasaan seperti ini hampiiiir sama dengan disakiti ( rasanya ). Apa yang membuat beda? Tanya tuh sama hati apa beda antara keduanya. Merasa disakiti cenderung mendorong kita untuk berfikir negative, suudhon, benci, bahkan dendam. Diri sendiri lah yang terlalu mendramatisir menjadi rasa ‘disakiti’. Padahal aslinya bukan seperti ituuu. Yuukkk, kita coba dan terus coba berhuznudhan, jika sekarang kita disakiti, katakanlah pada hati,”ah, mungkin aku hanya merasa tersakiti saja, dia sahabat baikku, tak mungkin sengaja benar membuatku sakit hati”. insyaAllah yang seperti itu hati akan lebih damai, lebih bisa memaafkan daripada kita sibuk berfikir, “kok tega-teganya dia menyakitiku”, karena yang demikian itu bukankah kita yang rugi sendiri? Rugi pikiran, tenaga, uring-uringan, bahkan mendendam. Padahal kita nggak tau kan yang sesungguhnya seperti apa :)

Untuk orang yang merasa telah saya sakiti, berjuta maaf. Sungguh maafkan saya. insyaAllah, tidak ada niat untuk menyakiti, tidak ada maksud sengaja benar untuk menyakiti hati. Mungkin ada baiknya bertanya pada hati, “benarkah aku disakiti olehnya? Atau, aku hanya merasa tersakiti saja? :)

ya Allah, jika semua salah ini pernah kutorehkan

adakah yang lebih menakutkan

dari tiadanya maaf mereka yang terluka

dan ampunMu yang terbebat

pada ridha dan kemaafan mereka

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments