Karena Keindahan Tak Hanya Itu
(…) “Zan, ingat umurmu nak. Sudah 27 tahun lho, apa nggak pengin nikah?
Banyak anak gadis teman ibuk yang baik-baik lho. Itu si Kinasih, anaknya baik lho, Zan. Nggak banyak tingkah, rajin ngajinya, anaknya sregep dan insyaAllah sholihah. Kalau mau nanti ibuk tembungke. Piye lhe?
“ Ahh ibuk, Jangan Kinasih tho, kurang tinggi buk. Pasti ntar kalau tua, gemuk kayak ibunya. Haduuhh! Yang lain ada buk?
***
(…) “ Nahh…gitu lho Wan, milih calon istri tu yang kayak Nining ituu, anaknya cantik, tinggi dan modis.”
“ Iya bu’e, Wawan suka dan memilih Nining karena dia cantik, cara berpakaiannya modis nggak ketinggalan jaman. Nggak malu-maluin kalo di ajak pergi.
***
Saya tersenyum tipis mendengar perbincangan itu. Seketika itu pikiran saya rasanya terbang kemana-mana. Hmm, tak hanya sekali itu mendengar perbincangan dengan ‘content’ yang sama.
Ya, siapa sih lelaki yang tidak ingin beristrikan wanita yang cantik, shalihah lagi. Pasti semua mendamba hal yang demikian. Tapi Cantik bukanlah nomor satu yang dijadikan dasar untuk memilih. Saya bisa menuliskan ini, karena melihat realita yang ada di sekitar saya. Ketika ada seorang ibu, yang menyarankan anak lelakinya untuk mencari gadis yang cantik, proporsional untuk menjadi pasangan hidup. Bukannya saya mengatakan yang cantik, ayu rupawan tidak shalihah atau beragama dengan baik, bukan itu. Tapi kenapa, hanya melihat secara kasat mata saja, hanya terbatas pada fisikly semata?? Ohh, dengan alasan begini; ‘Cari istri tu yang cantik, tinggi, putih,,,biar keturunan (kalo punya anak-red), juga seperti bibitnya’. Ohyaaa?? Bukankah terciptanya seorang anak manusia itu atas kerjanya tangan Allah? Bukankah semua adalah kuasa Allah semata, yang memberi sebaik-baik bentuk dan penciptaan?. Nggak sedikit, seorang anak yang rupawan terlahir dari –maaf- yang kedua orang tuanya mempunyai wajah yang sangat biasa. Dan ada juga pasangan yang sangat cantik dan seorang yang tampan, tapi anaknya berkulit gelap, hidungnya nggak mancung dan tidak rupawan seperti kedua orang tuanya.
***
Ketika ada seorang lelaki diberi ‘tawaran’ untuk menikahi seorang gadis yang menurut saya baik, pendiam, menjaga hijab dg benar, shalihah insyaAllah…tapii..-maaf- dia memang tak terlalu rupawan dan agak gemuk, si lelaki spontan menjawab; “ Ihh..nggak mauu, orang gendut kayak gitu, apalagi nanti kalau udah punya anak?? Nggak lah, jangan yang itu!”. Deggg, rasanya saya bener-bener nggak terima. (Karena saya pun juga nggak cantik2 bgt, gemuk lagi :p). Ya Allah, mengapa para wanita yang baik, meskipun secara fisik tak terlalu menarik, terlebih lagi sudah ada niat dan keinginan untuk menikah, tak kunjung ada lelaki yang meminangnya?? Hanya karena alasan-alasan yang seperti di atas tadi. Sampai sekarang masih berkecamuk di alam pikiran saya. Ahh, tapi Ayat Allah di QS An-Nur:26 sudah terang untuk menjelaskan. Tak ada keraguan di dalamnya :). Semoga segera dipertemukan dengan lelaki shalih pilihan Allah, kawan. Ishbir yaa Ukhtii..
Dalam ‘memilih’ pun, peran orang tua juga penting.
Nggak ada maksud lain dari tulisan ini, selain ingin menumpahkan apa yang ada dalam benak saya, karena terlalu mengendap tanpa menumpahkan dalam tulisan, ternyata rasanya ndak enaakk ;p. Semoga dengan menulis ini, saya menjadi semakin tercambuk untuk menjadikan diri (yang sebenarnya masih sangat jauhh untuk dikatakan baik) ini lebih baik lagi,. Untuk para pembaca (dan saya tentunya) ; Semoga Mendapatkan Jodoh yang –Mensyurgakan- yaaa. Amiin